Setiap industri bisnis, pada satu titik bisnis akan memerlukan bantuan creative agency untuk membantu dalam urusan digital. Tapi, apakah kehidupan creative agency itu tanpa halangan? Tidak juga! Ada saja kesulitan yang dihadapi.
Dalam beberapa waktu terakhir, ada beberapa probelamtika creative agency yang diperkirakan masih akan terjadi setidaknya dalam lima tahun mendatang.
Semakin Populernya Remote Working
Setelah pandemi, banyak perusahaan memutuskan untuk kembali menerapkan work from the office atau setidaknya hybrid. Ini membuat banyak orang untuk resign dan mencoba peruntungan sebagai freelancer atau remote worker.
Apalagi diikuti dengan semakin ramainya marketplace untuk kerja freelance dan job board khusus untuk remote work, membuat peluang untuk bekerja di sektor kreatif menjadi semakin terbuka.
Tapi, di sisi lain, hal ini justru menjadi problematika creative agency karena persaingan kini terjadi tidak hanya antara agensi tapi juga dengan para freelancer dan juga para remote worker yang dipekerjakan in-house oleh perusahaan.
Perubahan Dinamika Trend dan Algoritma
Perubahan algoritma adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, platform sosial media juga kerap mengubah beberapa aturan yang mereka miliki dan menambah fitur-fitur terbaru untuk tetap relevan.
Ini adalah tantangan untuk creative agency untuk tetap bisa mengikuti trend, membuat konten yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan audiens namun juga tetap taat pada aturan paltform.
Di satu waktu mungkin konten meme akan sangat baik performanya, tapi kemudian konten edukasi yang lebih serius akan lebih tren. Ini memang problematika creative agency, tapi ini juga alasan mengapa brand bekerjasama dengan creative agency.
Adaptasi Culture Masing-Masing Creative Agency
Creative Agency adalah industri yang dinamis, setiap anggota dituntut untuk bisa adaptif; dengan trend, dengan klien dengan anggota tim lainnya.
Adanya Key Performance Index (KPI) biasanya digunakan untuk menilai seberapa efektif kampanye yang dijalankan dan bagaimana anggota tim bisa berkontribusi secara lebih baik. KPI juga kadang menjadi problematika creative agency tidak tidak berhasil dicapai.
Disinilah peran para leader untuk bisa menjadi penengah tim dan bisa merekrut anggota tim tidak hanya berdasarkan output kerjanya tapi seberapa yang bersangkutan memiliki kecocokan dengan culture yang sudah dibangun sebelumnya.
Social Proof yang Lebih Naik Level
Social Proof seperti rating di Google Maps, rating di Facebook dan testimoni dari klien sudah terlalu ‘biasa’. Bahkan hal-hal ini juga kerap dimanipulasi oleh creative agency nakal untuk mendapatkan kepercayaan dari calon klien.
Problematika creative agency yang satu ini sebenarnya bisa diatasi dengan:
- Fokus pada social proof berbalut work-proof, jadi gabungkan antara hasil kerja dengan kepuasaan client.
- Tingkatkan kualitas konten yang diproduksi
Your work will speak for you
Semakin Seringnya Penggunaan AI
Penggunaan AI untuk membantu task sehari oleh content creator sampai pemilik bisnis menjadi salah satu problematika creative agency untuk bisa terus bertahan.
AI bisa membantu dalam tugas-tugas repetitif seperti membuat ide konten, membantu dalam menganalisa tren dan data bahkan hingga mendesain.
Walau demikian, creative agency justru seharusnya tidak takut digantikan oleh AI tapi justru membuat pekerjaan repetitif jadi lebih mudah dengan bantuan AI. Sehingga pekerja manusia bisa fokus pada proses kreatif dan analisa yang tidak bisa dilakukan oleh AI secara sempurna.
Diatas adalah beberapa point kendala yang menjadi problematika creative agency sekarang dan untuk beberapa tahun mendatang. Creative agency adalah sebuah lini company yang menawarkan proses kreatifitas dan bergerak di industri kreatif.
Sudah sewajarnya bisa menjawab segala tantangan yang dihadapi dalam beberapa dekade kedepannya dengan bijak.
